Tulisan ini berawal dari sebuah perenungan yang mendalam tentang situasi yang berkembang di Indonesia dewasa ini. Dari hasil perenungan itu penulis menganggap banyak sekali hal-hal yang telah keluar dari framework dinamika dunia yang seharusnya.
Banyak sekali kejadian-kejadian di depan mata kita yang membuat hati kita tersayat pedih, dimana banyak sekali manusia yang sudah tega menyakiti dan mendzolimi saudaranya sendiri, kompetesi sudah tidak lagi sehat, kecelakaan alat transportasi dimana-mana mulai dari motor, pesawat dan yang terakhir kereta api, banjir dimana-mana, lumpur lapindo yang telah mencerabut warga porong dari akar budayanya dan masih banyak yang lainnya.Atas dasar fenomena diatas penulis mencoba mencari sumber masalah yang memicu terjadinya permasalahan di atas. Dalam kehidupan sehari sesuai dengan sunnatullah manusia memiliki tiga relasi dasar yaitu hamblu minallah (hubungan manusia dengan Allah), Hamblu minannas (Hubungan manusia dengan manusia), Hablu minal ‘alam (hubungan manusia dengan alam) yang seharus berlangsung secara harmonis kini tidak harmonis lagi, karena cinta yang menjadi ruh dari dari relasi itu telah terbang tinggi.
Berbicara mengenai cinta, merupakan suatu hal yang sangat sulit dan penuh dengan penafsiran yang subyektif dari masing-masing kepala , dalam hal ini ini penulis juga memberanikan diri untuk mengungkapkan suyektifitas penualis ke dalam lembaran kertas sebagai penuangan aktualisasi penulis tentang cinta.
Penulis akan memulai tulisan ini dengan pamaknaan cinta, menurut penulis cinta adalah sesuatu yang bersifat materiil tak tampak oleh mata, berada dimana-mana dan menjadi ruh atau kekuatan setiap gerak dan langkah dari setiap struktur yang berada di alam ini. Dan bahkan penulis menganggap bahwa cinta itu menpunyai sebuai kekuatan yang sangat dasyat yang dapat mengubah sesuatu yang tidak mungkin terjadi menjadi mungkin terjadi, hal tersebut kita rasakan bila kita sedang mencintai sesuatu entah itu berupa manusia, harta benda lebih-lebih Tuhan.
Penulis menganggap dalam cinta itu ada tiga unsur penting yang menjadi simbol dari para subyek yang sedang mencinta untuk mengaktualisasikan rasa yang ada dalam dirinya kepada yang di cintai, unsur itu adalah:
- Kepasrahan
- Kerinduan
- Keintiman
Di dunia ada tiga subyek besar yang melakukan interaksi yang menjadi kunci keberadaan dunia yaitu, Tuhan, manusia, dan Alam. Ketiga subyek tersebut melakukan interaksi secara seimbang dan berkesinambungan sesuai dengan kodratnya masing-masing. Dan yang menjadi kunci utama atau ruh dari interaksi itu adalah cinta.
Tuhan menciptakan manusia dan alam dengan cinta-Nya yang tulus dan selalu menebarkan rasa cinta itu sampai detik ini, manusia membutuhkanTuhan dan alam demi kelangsungan hidupnya dan begitu juga dengan dengan alam. Proses yang demikian itulah yang biasanya dinamakan Sunnatullah.
Sunnatullah haruslah selalu dijaga dinamika dan keberadaannya, karena jika tidak maka akan terjadi sebuah kejadian dasyat yang ditimbulkan semua itu, hal tersebut akan berakibat buruk bagi penyebab kejadian itu atau subyek yang merusak interaksi atau sunnatullah itu.
Dalam fenomena keindonesiaan seperti yang sedang terjadi dewasa ini seakan merupakan suatu indikasi bahwa terjadi kesalahan yang sangat krusial dari ketetapan sunnahtullah yang dilakukan manusia Indonesia.
Hal tersebut telah terbukti bahwa Indonesia sekarang ini mengalami klrisis multidimensi yang sedang berada pada titik yang mengkuatirkan keberlangsungan hidup negara ini, belum lagi banyaknya gejolak alam yang seakan merupakan sikap alam yang sudah mulai bosan dengan manusia (meminjam istilah Ebiet G Ade) , Kumungkaran sudah tidak ditutupi lagi dan ngerinya lagi kemungkaran telah menjadi trademark suatu pola hidup.
Indonesia menangis hari ini setelah puluhan ribu manusia “yang belum tentu berdosa” telah menjadi korban dari reaksi alam yang mendapat rekomendasi dari Tuhan karena merasa terdzolimi juga atas tindakan beberapa gelintir manusia yang hanya mengedepankan nafsunya sendiri dan telah melakukan pengkhianatan terhadap kepasrahan sunnahtullah.
Alam Indonesia sekarang seakan tidak lagi bersahabat dengan manusia, para petani menangis kelaparan padahal sangat ironis karena dia yang telah menanam bahan pangan yang menjadi kebutuhan semua manusia.
Hidup di Indonesia seakan gersang, panas, dan membosankan. Penulis menganggap rasa itu ada karena sudah tidak ada lagi cinta yang menjadi ruh setiap interaksi subyek dunia dan itu dilakukan oleh salah satu subyeknya yaitu manusia Indonesia sendiri. Hal tersebutlah yang menurut penulis membuat “Cintaku terbang tinggi” ini.
Akankah cinta turun lagi di bumi Indonesia ini ???? Penulis menganggap itu akan terjadi bila manusia Indonesia melakukan suatu evaluasi secara kolektif tentang dinamika yang telah terjadi agar supaya dapat melakukan tindakan lebih lanjut untuk memperbaiki hubungan dia dengan subyek lain yang berada di dunia ini. Dengan kata lain manusia Indonesia harus melakukan suatu pengakuan kepada Tuhan dan Alam tentang kesalahan yang telah ia perbuat dan mempunyai komitmen untuk memperbaikinya, dan itupun harus dilakukan secara kolektif karena itu yang membuat yakin Tuhan dan Alam mersa yakin bahwa manusia Indonesia untuk menepati komitmennya.
Tulisan diatas merupakan bentuk aktualisasi kerinduan penulis terhadap suasana dan keadaan Indonesia yang “Gemah ripah lohjinawi Tata tenteram kerto raharjo” yang seakan hanya menjadi simbol belaka di bumi Indonesia ini.Wallahua’lamBishowab
No comments:
Post a Comment