Tidak jarang kita mendengar di lingkungan kita seseorang yang
menghina atau mengolok-olok saudaranya, atau sebuah kelompok melakukan
hal itu terhadap kelompok yang lain. Hal ini bukanlah suatu hal yang
asing lagi di lingkungan kita berada pada zaman ini.
Berapa banyak pertikaian yang ada di bumi Allah ini terjadi
karena dimulai dengan saling hina dan ejek. Berapa banyak pula kasus
pembunuhan kita mendengarnya setiap hari melalui media cetak dan
elektronik yang diawali dengan pertikaian mulut. Kalaulah boleh ditarik
kesimpulan tidaklah sebuah pertikaian, pembunuhan, dan pertengkaran
terjadi kecuali selalu diawali dengan peperangan mulut dengan saling
hina, ejek, dan menjatuhkan satu sama lain.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan janganlah pula perempuan mengolok-olok perempuan yang lain, karena boleh jadi perempuan (yang diolok-olokan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Dan janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan jangan memanggil dengan gelaran yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (Qs. Al hujurat:11)
Dalam tafsir At thobari Ahlu ta’wil berbeda pendapat tentang maksud
ejekan atau hinaan yang dilarang oleh Allah dalam ayat ini. Sebagian
berkata bahwa yang dimaksud hinaan adalah hinaan seorang kaya kepada si
fakir, yaitu dilarang menghina orang fakir karena kefakirannya. Sebagian
yang lain berkata bahwa maksud hinaan yang dilarang adalah dengan
membuka aib atau dosa orang beriman yang telah ditutup oleh Allah
Subhanahu wa ta’ala.
Sedangkan perkataan yang benar menurut At thobari tentang arti hinaan
yang dilarang oleh Allah dalam ayat tersebut adalah hinaan secara umum,
yaitu Allah melarang untuk menghina satu sama lain dengan segala bentuk
hinaan. Maka tidak dihalalkan seorang Mu’min untuk menghina Mu’min
lainnya karena kefakirannya, dosa yang telah diperbuatnya, dan lain
sebagainya.
Maka sudah selayaknya bagi kita untuk benar-benar merenungi,
memahami, mentadaburi, dan kemudian berusaha untuk mengamalkan ayatAl-Qur'an tersebut. Seseorang menghina atau
mengolok-olok saudaranya tetapi tanpa disadari ternyata yang dihina
lebih baik dan lebih mulia dari yang menghina.
“Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya.”(HR. Al-Bukhari)
Bila kita rasa kita betul, tak semestinya orang lain itu salah.
Bila kita rasa kita baik, bukan maksudnya orang sekeliling kita semua jahat.
Bila kita rasa kita bagus, kita hebat. Banyak lagi manusia dalam dunia lebih bagus, lebih hebat.
Mau menegur orang ada caranya.
Bila kita sendiri tak hormat, tak jaga perasaan orang. Don’t expect people would pay their respect on you.
Jangan sebab kita ‘tinggi’, kita seenaknya pandang rendah terhadap orang lain.
Jangan sebab kita ‘tinggi’, kita bisa melayani orang lain semau gua.
Jangan sebab kita ‘tinggi’, kita tak perlu hormat orang lain.
Guys, hidup ni kayak roda. Its all bout karma.
Sekarang ini Allah seakan bayar tunai!
Kalau kita berbuat kpd orang, tak lama kemudian kita dapat balasan.
Hidup ini jangan sombong!
Ilmu yang ada itu, bukan untuk disombongkan.
Bukan ilmu sj. Apa pun yang kita ada sekarang ini, itu semua milik Allah.
Itu semua hanya pinjaman dariNya.
Kita memohon kepada Allah SWT semoga lisan kita terjaga
dari perkataan yang dikategorikan oleh-Nya sebagai bentuk penghinaan
kepada sesama kita.
No comments:
Post a Comment