Untuk sukses dalam jangka panjang, orang perlu memiliki integritas.
Bagian penting dari integritas adalah kejujuran. Namun sering justru
inilah yang membuat orang kesulitan, karena ia tidak memiliki kejujuran.
Manusia adalah mahluk yang paling pandai mencari pembenaran untuk
menenangkan perasaan hatinya. Namun jika hidup dalam bayang-bayang
alasan dalam pembenaran semu dalam benaknya, maka yang terjadi adalah
ketidak-puasan hidup dan miskin akan pencapaian. Begitu ada hal yang
tidak berjalan, begitu mengalami kegagalan, begitu mengalami hal yang
tidak menyenangkan diri, maka pikiran manusia mulai mencari alasan dan
pembenaran untuk menghibur diri. Dan itu sebenarnya adalah sebuah
kebohongan.
Ada orang yang berkata,”Pantas saja dia berhasil, dia banyak relasi, dia punya teman dan dia punya modal, tapi saya tidak. Saya sudah mencoba dari awal. Memang saya tidak bisa. Ini bukan jalan hidup saya. Ini memang takdir saya.” Yang lain lagi berkata,”Ah, yang lain juga korupsi, saya tidak seberapa dibanding dengan rekan sejawat saya.” Ada juga yang bilang,”Yach..selingkuh itu indah asal tidak ketahuan, kalau ketahuan namanya nasib, atau saya nikahi saja dia toh tidak dilarang”. Dan memang banyak tokoh-tokoh yang melakukan poligami. “Hidup di zaman ini, kalau lurus-lurus saja sulit berhasil untuk hidup senang.”
Alasan-alasan tersebut di atas sering disampaikan orang sebagai pembenaran atas pencapaian yang gagal, atau sebagai pembenaran atas apa yang ia lakukan. Padahal kalau manusia mau jujur, bukan itu alasan yang sebenarnya. Manusia bisa meningkatkan integritasnya jika ia mau belajar untuk mendengar suara hatinya. Kejujuran akan muncul di dalam hati nuraninya. Ambil saat teduh, berdiam diri, maka akan ada kejujuran yang berasal dari hati nurani. Setiap orang memiliki suara hati nurani yang terwujud dalam bentuk kegelisahan saat ia berbuat yang tidak benar. Dan ini harusnya dipertajam kepekaannya bukannya dimatikan dengan berkata,”Semua orang juga melakukannya.” Itu namanya membunuh benih integritas. Oleh sebab itu, mulailah jujur dengan diri sendiri. Bangun integritas Anda, karena integritas adalah jalan menuju sukses.
Namun kenyataannya banyak orang yang tidak jujur. Sebenarnya apa yang menghalangi orang untuk bersikap jujur? Karena takut ditolak, takut dimarahi, takut dihukum. Ini wujud dari citra diri yang rusak, bentuk dari tidak mau bertanggung jawab, dan takut menghadapi akibat. Seorang karyawan yang tidak jujur dengan menyembunyikan sebuah informasi karena takut dimarahi, tetapi karena sikapnya itu perusahaan menjadi rugi jauh lebih besar lagi. Ketika suatu saat kesalahannya ketahuan, maka dampaknya akan jauh lebih besar bila dibanding bila ia berkata jujur dari awal.
Adalah jauh lebih baik jika atasan kita tahu kesalahan kita dari kita sendiri daripada atasan tahu dari orang lain. Apalagi orang lain akan menambah-nambahi degan bumbu-bumbu fitnah. Karena itu, walaupun akibatnya dimarahi atau dihukum, tetap lebih baik bila kita jujur daripada melakukan kebohongan. Dengan jujur berarti kita berani bertanggung jawab. Karena sebenarnya atasan, instansi atau perusahaan pada akhirnya akan memahami bahwa semua orang pernah melakukan kesalahan. Dan yang membedakannya adalah, ada orang yang bersalah dan berani bertanggung jawab, ada orang yang bersalah tidak berani bertanggung jawab. Orang yang berbuat salah dan menyembunyikan kesalahannya atau melemparkan kesalahannya kepada orang lain, suatu saat, cepat atau lambat, akhirnya akan ketahuan juga bahwa dia berbuat bersalah. Itu membunuh karirnya dalam jangka panjang.
Apa yang menghalangi Anda untuk jujur? Takut dengan penilaian dan evaluasi dari orang lain? Ini juga bentuk dari sebuah citra diri yang rusak. Karena sebenarnya semua orang pasti pernah berbuat salah. Dengan bertanggung jawab menghadapinya, kita justru akan berhati-hati di kemudian hari. Kita akan belajar dari proses penghakiman, hukuman, atau tanggung jawab yang kita ambil akibat kesalahan yang kita lakukan. Dengan bersikap jujur orang akan keluar sebagai pemenang dari masalah yang ia hadapi. Dengan bersikap jujur maka ia membangun integritasnya. Dengan integritasnya orang akan sukses dalam jangka panjang.
Ada orang yang berkata,”Pantas saja dia berhasil, dia banyak relasi, dia punya teman dan dia punya modal, tapi saya tidak. Saya sudah mencoba dari awal. Memang saya tidak bisa. Ini bukan jalan hidup saya. Ini memang takdir saya.” Yang lain lagi berkata,”Ah, yang lain juga korupsi, saya tidak seberapa dibanding dengan rekan sejawat saya.” Ada juga yang bilang,”Yach..selingkuh itu indah asal tidak ketahuan, kalau ketahuan namanya nasib, atau saya nikahi saja dia toh tidak dilarang”. Dan memang banyak tokoh-tokoh yang melakukan poligami. “Hidup di zaman ini, kalau lurus-lurus saja sulit berhasil untuk hidup senang.”
Alasan-alasan tersebut di atas sering disampaikan orang sebagai pembenaran atas pencapaian yang gagal, atau sebagai pembenaran atas apa yang ia lakukan. Padahal kalau manusia mau jujur, bukan itu alasan yang sebenarnya. Manusia bisa meningkatkan integritasnya jika ia mau belajar untuk mendengar suara hatinya. Kejujuran akan muncul di dalam hati nuraninya. Ambil saat teduh, berdiam diri, maka akan ada kejujuran yang berasal dari hati nurani. Setiap orang memiliki suara hati nurani yang terwujud dalam bentuk kegelisahan saat ia berbuat yang tidak benar. Dan ini harusnya dipertajam kepekaannya bukannya dimatikan dengan berkata,”Semua orang juga melakukannya.” Itu namanya membunuh benih integritas. Oleh sebab itu, mulailah jujur dengan diri sendiri. Bangun integritas Anda, karena integritas adalah jalan menuju sukses.
Namun kenyataannya banyak orang yang tidak jujur. Sebenarnya apa yang menghalangi orang untuk bersikap jujur? Karena takut ditolak, takut dimarahi, takut dihukum. Ini wujud dari citra diri yang rusak, bentuk dari tidak mau bertanggung jawab, dan takut menghadapi akibat. Seorang karyawan yang tidak jujur dengan menyembunyikan sebuah informasi karena takut dimarahi, tetapi karena sikapnya itu perusahaan menjadi rugi jauh lebih besar lagi. Ketika suatu saat kesalahannya ketahuan, maka dampaknya akan jauh lebih besar bila dibanding bila ia berkata jujur dari awal.
Adalah jauh lebih baik jika atasan kita tahu kesalahan kita dari kita sendiri daripada atasan tahu dari orang lain. Apalagi orang lain akan menambah-nambahi degan bumbu-bumbu fitnah. Karena itu, walaupun akibatnya dimarahi atau dihukum, tetap lebih baik bila kita jujur daripada melakukan kebohongan. Dengan jujur berarti kita berani bertanggung jawab. Karena sebenarnya atasan, instansi atau perusahaan pada akhirnya akan memahami bahwa semua orang pernah melakukan kesalahan. Dan yang membedakannya adalah, ada orang yang bersalah dan berani bertanggung jawab, ada orang yang bersalah tidak berani bertanggung jawab. Orang yang berbuat salah dan menyembunyikan kesalahannya atau melemparkan kesalahannya kepada orang lain, suatu saat, cepat atau lambat, akhirnya akan ketahuan juga bahwa dia berbuat bersalah. Itu membunuh karirnya dalam jangka panjang.
Apa yang menghalangi Anda untuk jujur? Takut dengan penilaian dan evaluasi dari orang lain? Ini juga bentuk dari sebuah citra diri yang rusak. Karena sebenarnya semua orang pasti pernah berbuat salah. Dengan bertanggung jawab menghadapinya, kita justru akan berhati-hati di kemudian hari. Kita akan belajar dari proses penghakiman, hukuman, atau tanggung jawab yang kita ambil akibat kesalahan yang kita lakukan. Dengan bersikap jujur orang akan keluar sebagai pemenang dari masalah yang ia hadapi. Dengan bersikap jujur maka ia membangun integritasnya. Dengan integritasnya orang akan sukses dalam jangka panjang.
No comments:
Post a Comment