Saturday, June 02, 2012

Kasih Ibu Sepanjang Masa

Kisah Sepohon Pohon Apel


Tertulis sebuah kisah di sebuah perkampungan yang nun hening berdekatan lereng sebuah gunung, suasananya tersangat indah pada ketika pagi dan petangnya dihamparan rumput menghijau yang luas memenuhi kawasan persekitaran kaki gunung tersebut, indahnya gunung tersebut diberi nama gunung permata. Dan di kelapangan luas pembentangan ladang rumput yang menghijau tersebut tumbuh sepohon pohon apel yang sangat besar, subur dan rindang, dan pohon apel tersebut juga merupakan tempat bermain seorang anak yang selalu menghabiskan banyak waktunya dengan bermain bersama pohon apel tersebut, pohon apel tersebut merasa sangat gembira melihat anak-anak tersebut asyik bermain dengan dahan-dahannya yang rindang. Sambil bermain anak-anak itu turut menikmati buah apel yang sangat manis dan ia makan sepuas-puasnya dan sekeyang-keyangnya sehingga ianya terlelap dan lena dibuai dedaunan yang segar membaluti tubuh anak-anak tersebut di atas dahan-dahan yang rendang. Begitulah kisah persahabatan diantara anak-anak itu dengan pohon apel tersebut, begitu jugalah setiap hari anak-anak itu pasti akan datang bermain bersama dengan pohon apel tersebut dan pulang bila waktu hampir menjelang malam.


Suatu hari, pohon apel tersebut ternanti-nanti anak-anak itu seperti hari-hari biasa, namun anak-anak itu tak kunjung tiba, dan keesokkan harinya dari jauh ia melihat anak-anak itu datang menuju kepadanya, pohon apel itu merasa sangat gembira dan berkata:
“Wahai kawanku marilah bermain denganku, sesungguhnya aku sangat merindukan kamu setelah sehari engkau tidak bermain denganku”,namun anak-anak itu hanya mendiamkan diri dan terus berdiri di bawah pohon tersebut.

pohon apel pun bertanya “ wahai kawanku, mengapa engkau kelihatan tidak seriang dulu, kenapakah engkau bersedih? Marilah bermain denganku ini, aku sangat menyayangi kamu”

lalu anak-anak itu menjawab “Wahai kawanku hari ini aku bukan lagi anak-anak seperti yang engkau kenal dahulu, berlari-lari bermain di sekitarmu, memanjat-manjat dahanmu, tapi hari ini aku telah remaja dan aku perlu bermain dengan kawan-kawan remajaku” jawab anak-anak tersebut.

Pohon apel merasa sedih dan ia berkata “wahai kawan ku, aku terlupa bahawa engkau sudahpun remaja, pergilah engkau bermain dengan kawan-kawanmu, bila engkau mempunyai masalah datanglah bermain dengan ku, sesungguhnya aku sentiasa menyenangi mu”.
 anak-anak tersebut lantas terus bejalan meninggalkan pohon apel tersebut. Pohon apel berdukacita dan sangat sedih melihat budak itu berlalu pergi tanpa sepatah kata,

Setelah sekian lama, anak-anak yang telah remaja itu datang kembali kepada pohon apel tersebut, pohon apel tersebut berasa sangat-sangat gembira melihat anak-anak remaja itu kembali menemuinya,

Dan ia berkata, “ wahai kawan ku, sekian lama aku merindukan kamu, marilah bermain dengan ku ini, sudah lama aku tidak bermain dengan mu” luah pohon apel kepada kawannya dengan penuh kemesraan.

Lalu anak remaja itu berkata “ wahai kawan ku, aku bukan lagi budak remaja yang dahulu, kini aku telahpun dewasa dan ingin mempunyai isteri, namun aku tidak mempunyai uang untuk memenuhi kehendak tersebut” ucap anak remaja yang telah dewasa itu dengan wajah yang sedih,

Mendengar luahan dari kawannya itu pohon apel berasa serba salah dan berkata “ janganlah engkau bersedih wahai kawan ku, engkau petiklah semua buah yang ada di dahanku, kemudian engkau jualkanlah semuanya, dan engkau gunakanlah uang tersebut sebagai penyelesaiannya. ” tutur pohon apel dengan penuh harapan.

Dengan tersenyum gembira remaja dewasa itu pun segera memanjat pohon apel tersebut dan mengambil semua buahnya kemudian ia pun pergi dengan hati yang riang untuk menjual apel tersebut maka dapatlah remaja tersebut berkahwin dengan seorang wanita pilihannya.

Beberapa lama kemudian, remaja dewasa itu kembali lagi kepada pohon apel tersebut, pohon apel berasa gembira melihat remaja dewasa tersebut datang kepadanya, dan ia bertanya, “ wahai kawan ku, apakah engkau telah memiliki teman hidup mu seperti yang engkau ceritakan dahulu?”

Remaja dewasa itu pun menjawab “ ya’ aku sudah mempunyai keluarga, tapi aku memerlukan sebuah rumah untuk kami tinggal bersama-sama” cerita remaja dewasa itu dalam nada bersalah.

Melihat keadaan tersebut, pohon apel sentiasa mencari ruang untuk ia membantu sahabatnya itu,

“ kawan ku, sesungguhnya aku tidak mempunyai uang sedikitpun untuk engkau dapat memiliki rumah tersebut, tetapi engkau potonglah dahan-dahan ku yang rindang agar engkau dapat mendirikan rumah tersebut” dengan penuh pengorbanan dan harapan pohon apel itu berharap remaja dewasa itu kembali gembira.

Mendengar penjelasan itu, remaja dewasa tersebut merasa sangat-sangat gembira lantas ia memotong semua dahan-dahan pohon epal itu dan membawanya pulang.

Walaupun sebahagian pohan apel itu telah habis digunakan, namun ia tetap gembira kerana dapat menyenangkan dan mengembirakan sahabatnya itu. Maka tinggallah pohon itu seorang diri dalam meneruskan sisa-sisa kehidupanya.

Beberapa lama tidak melihat sahabatnya itu, pohon apel sering tertanya-tanya, apakah kawannya bahagia dengan rumah yang dibuatnya,

Tidak beberapa lama kemudian sahabatnyanya itu pun muncul dengan tubuh yang segar bugar.

Dengan gembira pohon apel berkata, “ sekian lama aku merindukan kamu wahai kawan ku, apakah engkau bahagia dengan rumah baru mu itu, bagaimana dengan kehidupan mu hari ini?’

Dengan nada muram remaja dewasa itu menjawab “ sesungguhnya aku sangat bahagia dengan rumah baru ku itu, namun kini aku mempunyai cita-cita untuk berlayar mengelilingi dunia, dan aku ingin menikmati keindahannya, selagi tubuh ku masih sehat dan bertenaga, akan tetapi bagaimana untuk aku memenuhi kehendak ini sebelum tubuh ku lemah.”

Kata-kata remaja dewasa itu menyebabkan pohon apel sekali lagi berasa sedih kerana tidak dapat membantu kawannya itu, kata pohon itu “ wahai kawanku, aku sentiasa mengharapkan dapat membantumu, namun aku juga tidak mempunyai kekuatan untuk menolongmu, namun aku masih mempunyai satu batang yang besar, engkau tebanglah dan jadikanlah kapal untuk engkau berlayar mengelilingi dunia, hanya itu nyang aku mampu membantumu” kata pohon apel dengan penuh penyesalan dan sangat mengharapkan dapt menunaikan cita-cita sahabatnya.

Dengan perasaan gembira dan terharu, remaja dewasa itu pun menebang pohon apel itu dan membuat sebuah kapal, dan belayarlah ia ke seluruh dunia.. setelah ia puas dengan pelayaran dan berasa sudah letih dengan hidup, ia pun kembali lagi ketempat permainannya ketika kecil dahulu, dan ketika itu hanya tinggal tunggul pohon apel saja yang telah pun mati, lalu ia pun duduk tersandar di tunggul tersebut sambil melepaskan lelah………
 
BAGAIMANAKAH AKHIRNYA…

Kisah pohon apel ini sengaja direka bertujuan mengambarkan, begitulah hidupnya manusia dan betapa besarnya pengorbanan seorang ibu yang dilakonkan oleh pohon apel. Perumpamaan yang dibuat bagaimana kita melihat, seorang anak walaubagaimana keadaan mereka sekalipun suatu hari mereka pasti akan kembali kepada ibu mereka bila mana mereka didalam kesusahan namun jarang sekali apabila mereka berada di dalam kesenangan mereka akan mengenan jasa-jasa ibu mereka, sepertimana kisah diatas, si ibu sentiasa mencuba untuk memenuhi kehendak dan cita-cita si anak walaupun akhirnya mengorbankan nyawanya sendiri, namun sejauhmanakah si anak menyedari kesedihan yang dialami si ibu yang sentiasa bimbang keselamatan anaknya setiap kali anaknya pergi berjauhan, perumpamaan di atas juga menunjukkan dewasa manpun kita kita tetap perlu kepada bantuan dan kasih seorang ibu. SESUNGGUHNYA PENGORBANAN SEORANG IBU ITU SANGATLAH BESAR DAN TIADA NILAI UNTUK MEMBALASNYA……….

No comments:

Post a Comment