Saturday, March 30, 2013

Jangan Pandang Kulit.. Allah Memandang Hati



Jangan Pandang Kulit
Jagalah Hati.. Jangan Kau Kotori.. Jagalah Hati.. Pelita Hidup Ini!” 
IKHLAS… Satu kata yang mudah dilafaz oleh lidah, namun tidak mudah diaplikasi dalam ibadah dan ‘amalan sehari-hari. Ikhlas itu adalah rahsia di sebalik rahsia yang sifatnya highly confidential di antara makhluk dengan KhaliqNya yang Maha Agung yakni Allah SWT. Hanya dirinya sendiri yang mengetahuinya dan pastinya Allah Azza Wajalla itu Maha Tahu. Ada satu perumpamaan tentang ikhlas.. “Ikhlas itu seumpama seekor semut hitam, yang berkaca mata hitam, di atas batu yang hitam, di malam yang gelap-gelita. Tiada siapa yang tahu dan melihatnya kecuali Allah!” Maka, utamakanlah pandangan Allah daripada pandangan manusia..




Jika melihat buah durian
Tentu ngeri lihat kulitnya
Jelas memang duri luarnya
Tapi ternyata manis isinya

Begitu pun menilai orang
Jangan dilihat dari kulitnya
Yang kita sangka madu
Isinya malah racun
Yang kita sangka racun
Isinya malah madu

Jangan menyangka orang lain buruk
Siapa tahu kita lebih buruk dari dia
Jangan menyangka orang lain rosak
Siapa tahu kita lebih rosak dari dia

Jika ada manusia yang nampak hitam
Kita jangan terus melabelkan dia hitam
Sebab di alam fana segala berubah
Dalam satu detik manusia boleh berubah

Yang tadinya hitam akan jadi putih
Yang tadinya putih akan menjadi hitam
Bimbinglah yang hitam untuk jadi putih
Jagalah yang putih biar tetap putih!
Jagalah Allah, Allah pasti menjagamu!”  
Prof. Dr. Yusof Al-Qaradhawi telah menjelaskan tentang perihal ini di dalam perbahasannya berkenaan “Keutamaan Amalan Hati Ke Atas Amalan Badan”. Bersamalah kita membaca dan mengambil manfaat darinya, semoga ada khairnya demi kecemerlangan duniawi dan ukhrawi, mudah-mudahan.

DI ANTARA amalan yang sangat dianjurkan menurut pertimbangan agama ialah amalan batiniah yang dilakukan oleh hati manusia. Ia lebih diutamakan daripada amalan lahiriah yang dilakukan oleh anggota badan, dengan beberapa alasan:

Pertama: Kerana sesungguhnya amalan yang lahiriah itu tidak akan diterima oleh Allah SWT selama tidak disertai dengan amalan batin yang merupakan dasar bagi diterimanya amalan lahiriah itu, iaitu niat; sebagaimana disabdakan oleh Nabi s.a.w. :

“Sesungguhnya amal perbuatan itu harus disertai dengan niat.” [1]

Arti niat ini ialah niat yang terlepas dari cinta diri dan dunia. Niat yang murni untuk Allah SWT. Dia tidak akan menerima amalan seseorang kecuali amalan itu murni untuk-Nya; sebagaimana difirmankan-Nya:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus…” (al-Bayyinah: 5)

Rasulullah s.a.w. bersabda,

“Sesungguhnya Allah tidak menerima amalan kecuali yang murni, yang dilakukan hanya untuk-Nya.” [2]

Dalam sebuah hadis qudsi diriwayatkan, Allah SWT berfirman,

“Aku adalah sekutu yang paling tidak memerlukan persekutuan. Barangsiapa melakukan suatu amalan kemudian dia mempersekutukan diri-Ku dengan yang lain, maka Aku akan meninggalkannya dan meninggalkan sekutunya.”

Dalam riwayat yang lain disebutkan:

“Maka dia akan menjadi milik sekutunya dan Aku berlepas diri darinya.” [3]

Kedua: Kerana hati merupakan hakikat manusia, sekaligus menjadi cermin kebaikan dan kerusakannya. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim disebutkan bahwasanya Nabi s.a.w bersabda,

“Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, apabila dia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu ialah hati.” [4]

Nabi s.a.w menjelaskan bahwasanya hati merupakan titik pusat pandangan Allah, dan perbuatan yang dilakukan oleh hatilah yang dinilai oleh-Nya. Kerananya, Allah hanya melihat hati seseorang, bila bersih niatnya, maka Allah akan menerima amalnya: dan bila kotor hatinya (niatnya tidak benar), maka secara otomatik amalnya akan ditolak Allah, sebagaimana disabdakan oleh baginda,

“Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat kepada tubuh dan bentuk kamu, tetapi Dia melihat kepada hati-hati kamu.” [5]

No comments:

Post a Comment